Libatkan masyarakat…..

Seekor burung kuntul berdiri di punggung seekor kerbau sambil memakan kutu di balik bulu-bulu sang kerbau. Mereka terlibat dialog kelas tinggi sebagai berikut:

Kuntul: Sebenarnya pembangunan untuk siapa?
Kerbau: Jelas untuk masyarakat.
Kuntul: Mengapa masyarakat tidak dilibatkan dalam pembangunan?
Kerbau: Contohnya?
Kuntul: Merka akan bikin pelabuhan di pinggir sawah, padahal di sana banyak nelayan menggangtungkan hidupnya dari mencari ikan. Jika nanti di sana banyak aktivitas, ikan pergai jauh mencari tempat lain.
Kerbau: Orang-orang di atas itu pintar-pintar dan bijak-bijak, kita terima saja.
Kuntul: Dasar kerbau… kuharamkan kutumu sejak kini.

Di bawah ini adalah foto dari sebuah koran lokal di Australia. Perhatian saya tertuju pada sebuah iklan yang menarik, bukan karena dekorasinya, tapi karena isinya.

207

Isi iklan tersebut antara lain:
– Pemberitahuan ‘Bappeda’ Western Australia bahwa pemerintah berencana mengubah tata guna lahan di beberapa kawasan.
– Pemerintah mengundang masyarakat untuk menyampaikan komentar atas rencana tersebut baik dukungan, keberatan atau usulan-usulan.

Iklan tersebut menarik masyarakat adalah pihak yang akan dikenai dampak (baik/buruk) dari rencana tersebut, maka mereka wajib didengarkan suaranya.

Bagaimana kisah Bappeda di kampung anda? Apakah mereka sudah menjadikan anda stakeholder atau warga VIP saja yang dianggap stakeholder?

Kisah di atas bukan pengalaman pertama saya menyaksikan bagaimana sebuah kebijakan diambil seteleh proses konsultasi dengan semua level stakeholder terlebih dahulu. Ada satu lagi pengalaman mirip, di bawah ini.

Anak saya sekolah di play group (child care centre) universitas Murdoch, Australia Barat. Child Care adalah bagian dari Universitas. Universitas merencanakan pembangunan sebuah gedung baru di samping gedung play group. Sekitar 6 bulan sebelum proyek dimulai, pihak universitas melakukan rapat-rapat intensif untuk mendengarkan suara dari pihak play group.

Dalam logika kampung saya, universitas sebenarnya tidak wajib melakukan konsultasi dengan pihak play group. Pertama, gedung yang akan dibangun tidak mengambil lahan play group. Kedua, tanah tempat gedung baru akan dibangun adalah milik universitas, jadi universitas berwewenang penuh berbuat apa saja di atas tanah mereka. Ketiga, play group hanyalah bagian kecil di universitas yang besar itu, jadi tidak terlalu penting untuk didengar. Tapi itu logika kampung saya.

Nyatanya, pembangunan gedung tersebut bahkan hampir ditunda karena adanya beberap keberatan pihak play group yang sulit dijawab pihak universitas. Saya ikut salah satu rapat san mencatat beberapa keberatan, yang dalam logika kampung saya, tidak penting dan mengada-ada. Pertama, jika gedung baru sudah berdiri, anak-anak di play group tidak bisa memandang ke jarak yang jauh seperti saat ini, karena akan tehalang oleh gedung baru. Kedua, debu saat pengerjaan proyek bisa dihirup oleh anak-anak di play group. Ketiga, suara bising saat proyek dapat mengganggu anak- anak yang tidur siang. Keempat, karena gedung baru direncanakan berlantai dua, dikhawatirkan orang bisa mengamati anak-anak dari lantai dua gedung tersebut. Kelima, dengan adanya proyek, ada jalan ke play group yang akan ditutup sehingga akan menyulitkan orang tua anak-anak mencari tempat parkir kendaraan. Dan banyak lagi keberatan tidak penting (dalam logika kampung saya ) lainnya.

Tapi, keberatan-keberatan itu hampir membuat pelaksanaan proyek diundur oleh universitas.

Inilah beberapa solusi dari universitas saya ingat dan disepakati bersama.
1. Posisi gedung baru akan  digeser beberapa belas meter, sehingga jika anak-anak memandang dari playgroup, ada celah antara gedung baru dan gedung lain yang sudah ada di sana. Di celah tersebut anak-anak masih bisa memandang jauh;
2. Di sekeliling lokasi proyek akan dipasang pagar tinggi yang dipasang jaring, untuk menghindari serpihan-serpihan mencapai lokasi playgroup. Dari atas jaring akan disemprotkan air sehingga debu yang naik sebagian dipaksa jatuh lagi di lokasi proyek tanpa mencapai play group;
3. Jendela di dekat tangga naik di dalam gedung adalah untuk memberi cahaya. Posisi jendela akan dinaikkan meter sehingga orang yang melalui tangga tidak bisa memandang ke luar lewat jendela.

Saya hampir tidak percaya dengan apa yang saya dengar. Di kampung saya, jika ada proyek di kompleks sebuah kantor, misalnya, maka hampir dipastikan jalan akan becek saat hujan, jalan akan rusak karena kendaraan proyek, bising, debu, kendaraan proyek lalu lalang tanpa aturan, kabel listrik putus, dan lain-lain-lain-lain. Di kampung saya, jika ada pememotong rumput bekerja saat anak-anak sedang ujian, maka jangan harap anak-anak yang butuh ketenangan itu bisa menyampaikan keberatan tanpa dipandang dengan sinis atau dinilai tidak sopan dan toleran. Di kampung saya, ada banyak orang yang dianggap tak ada.

Jika anda punya pengalaman sama dengan saya, maka saya punya teman baru sesama objek pembangunan.

2 thoughts on “Libatkan masyarakat…..

Add yours

  1. This is a great post.. Very informative… I can see that you put a lot of hard work on your every post that’s why I think I’d come here more often. Keep it up! By the way, you can also drop by my blogs. They’re about Vegetable Gardening and Composting. I’m sure you’d find my blogs helpful too.

  2. Saya pernah nonton film tentang hal yang hamir mirip dengan iklan tsb. Rencana pemerintah mau membuka tambang (kalo gak salah semacam tambang batu bara). Sebelum tambang tersebut dibuka, pengadilan setempat memberikan kesempatan kepada masyarakat sekitar untuk memberikan suara jika ada keberatan dan keluhan. Diakhir cerita film tersebut, tambang tak jadi dibuka karena banyak dampaknya bagi pemukiman sekitar…Jangan tanyakan di negeri ini apakah sudah seperti itu di dalam film tersebut atau seperti yang bung kun posting. Untuk soal yang azazi pun pihak berwenang tak melibatkan masyarakatnya. Mungkin karen masyarakat sudah diwakilkan kepada ALEG kali yach???

Leave a reply to Micah Cancel reply

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑