Pasar surya fotovoltaik (PV) berkembang pesat di Indonesia. Namun, studi tentang kinerja sistem PV di negara hutan hujan tropis ini masih kurang. Dalam karya ini, kami membandingkan kinerja sistem PV di Indonesia dengan sistem PV di Australia dan Italia. Data monitoring dari 2008 hingga 2019, mulai dari dua hingga sembilan tahun, dari lima belas sistem PV dari enam teknologi dianalisis. Kinerja sistem PV disajikan dengan menggunakan rasio kinerja (PR) dan tingkat kehilangan kinerja (PLR). PR dihitung menggunakan standar IEC 61724, dan PLR dihitung menggunakan dekomposisi musiman dan tren, menerapkan smoothing scatterplot tertimbang secara lokal (dekomposisi STL) dan pendekatan tahun-ke-tahun dari NREL / RdTools. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sistem CIGS (tembaga indium gallium selenide) memiliki nilai PR rata-rata tertinggi 0,88 ± 0,04. PR rata-rata terendah ditemukan dalam sistem PV a-Si (silikon amorf) (0,78 ± 0,05). Sistem p-Si (silikon polikristalin) dalam iklim Cfb (sedang, tanpa musim kemarau, musim panas yang hangat) di Italia memiliki PR rata-rata lebih tinggi 0,84 daripada yang dioperasikan di iklim BWh (arid, gurun, panas) Australia dan Af (tropis, hutan hujan) Indonesia, dengan nilai yang sama 0,81. Sistem p-Si menunjukkan PLR terendah, dengan nilai .60,6% / tahun. Degradasi tercepat dialami oleh modul a-Si di −1,58% / tahun. Perbedaan metodologis dalam perhitungan PLR menggunakan kedua pendekatan yang diuji menghasilkan perbedaan yang signifikan dalam nilai degradasi, yang menuntut standardisasi istilah dan metodologi perhitungan.
Artikel lengkap dapat disimak di: https://www.mdpi.com/2076-3417/10/16/5412

Kunaifi, K.; Reinders, A.; Lindig, S.; Jaeger, M.; Moser, D. Operational Performance and Degradation of PV Systems Consisting of Six Technologies in Three Climates. Appl. Sci. 2020, 10, 5412.
Recent Comments