Apapun profesinya, setiap orang punya jam kerja

Kondisi pandemi Covid-19, ini bisa mengacaukan jam kerja. Orang-orang kantoran sebagian diminta bekerja dari rumah (WFH). Pelajar dan mahasiswa belajar dari rumah. Tujuannya mengurangi rantai penyebaran virus corona tanpa mengurangi produktifitas. Tapi tidak jarang kebijakan ini dianggap, atau diperlakukan, sebagai liburan. Di profesi lain, ada juga kisah sama.

Pujangga Khalil Gibran punya istilah cantik, “terasing dari musim-musim”. Makna harfiahnya mungkin memakai baju tebal di musim panas, atau bersepatu tumit tinggi ke pasar tradisional. Artinya penempatan sesuatu yang tidak pas, atau melakukan sesuatu tidak pada waktunya. Orang barat bilang “the wrong man at the wrong time in the wrong place.” Kacau lah.

Tapi, hal semacam ini sering terjadi. Pengalaman 18 tahun menjadi dosen, saya sering bertemu orang yang profesinya mahasiswa, tapi hampir semua waktunya habis untuk main game. Ada juga versi lumayan bagus, mahasiswa yang waktunya lebih banyak untuk olah raga dan bersosialisasi. Walhasil, tidak hanya nilainya buruk, tapi yang lebih parah, mereka kehilangan momen penting untuk mengembangkan pola pikir akademik dan mempersiapkan masa depan. Momen itu tak tergantikan karena akan berbeda jauh saat belajar serius dilakukan ketika usia sudah lebih dewasa.

Will the coronavirus pandemic make 'work from home' popular? - CGTN
Gambar: https://news.cgtn.com/news/2020-03-21/Will-the-coronavirus-pandemic-make-work-from-home-popular–P2UECVqpbO/index.html.

Di masa pandemi Covid-19, entah mengapa guru-guru yang ketika kondisi normal bekerja di siang hari, tiba-tiba banyak yang mengirimkan soal PR di malam hari. Tidak sedikit pula yang mengadakan kuliah (mengajar) di malam hari. Biasanya mengajar setiap hari, sekarang sama sekali tidak membuat bahan ajar, kecuali soal-soal PR, itu pun mencomot dari buku. Hal semacam ini, bagi orang tua yang punya anak usia SD/SMP, tidak hanya mengacaukan jadwal anak, tapi juga jadwal orang tua. Kita belum bicara kualitas hasil pendidikan.

Tidak jarang pula saya melihat pegawai kantor yang dalam kondisi normal rajin bekerja di kantor, dalam kondisi WFH tiba-tiba ganti profesi menjadi petani atau aktifis sosmed.

Padahal, apapaun profesinya, setiap orang yang bekerja mesti menyadari bahwa dirinya punya jam kerja. Jam kerja normal adalah 8 jam sehari. Siang hari. Andaikan anda adalah guru, apalagi guru SD dan SMP, anda akan banyak membantu murid dan orang tua jika mulai bekerja jam 8 pagi dan selesai jam 4 sore, atau lebih awal, seperti biasa sebelum pandemi. Begitu pula jika anda PNS, corona tidak mengubah kewajiban kerja jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Apalagi jika anda masih menerima gaji utuh, mestinya anda bekerja utuh juga.

Begitu juga jika anda adalah mahasiswa dan pelajar. Biasanya anda pagi-pagi sudah bangun untuk ke kampus atau ke sekolah. Berangkat pagi pulang sore. Sekarang anda diberi kemudahan, di rumah saja. Bahkan kali ini anda bisa selingi belajar sambil menonton TV atau mendengarkan musik. Anda juga bisa sering-sering ke dapur ambil buah. Belajar dengan celana pendek atau tanpa berhijab untuk perempuan. Anda juga bebas sering-sering istirahat untuk melakukan hal lain yang anda sukai. Anda bisa pilih spot terbaik dengan pose terindah. Begitu banyak kemudahan-kemudahan yang sedang anda nikmati. Please, jangan minta diskon lagi. Konsisten, belajarlah jam 8 pagi sampai jam 4 sore. Jangan minta tambah kemudahan lagi dengan mengurangi jam kerja pelajar menjadi 2 jam sehari atau bahkan kurang dari itu.

Setiap semangat kerja anda down, bayangkan saudara-saudara kita perawat, dokter dan staff rumah sakit, yang dalam kondisi pandemi ini justru makin sibuk, hampir tak ada waktu istirahat, bahkan mempertaruhkan kesehatan dan nyawa, belum lagi menahan hati dari tuduhan-tuduhan tak bermoral dari orang-orang tak berperasaan. Tunjukkan sedikit respek kepada mereka dengan tetap bekerja sesuai tugas masing-masing. Bayangkan para pramugari yang harus melayani orang asing setiap terbang, atau pemangkas rambut yang butuh income setiap bulan.

Apapun profesinya, anda tidak sedang liburan. Anda hanya pindah tempat kerja. Jangan “terasing dari musim.” Bangsa ini perlu menjaga, bahkan memacu produktifitasnya untuk mempertahankan ekonomi dari keruntuhan dan kesejahteraan semua warga. Jika enkonomi runtuh karena anda mengurangi produktifitas, anda mau menyalahkan siapa? Warganegara yang bertanggungjawab ikut berjuang dengan tetap produktif, baik dari rumah maupun dari kantor. Untuk mahasiswa, calon pemimpin masa depan, tunjukkan kini bahwa anda memang pantas menjadi nahkoda kapal masa depan.

Edit: Jumlah jam kerja adalah ukuran formal dan normatif. Jika anda bisa mengerjakan kerja 8 jam di kantor dalam 4 jam kerja di rumah, anda efisien. Jika anda capek menonton layar komputer, anda bisa perbanyak jeda atau pasang screen anti radiasi.

Berapa rata-rata jam kerja anda sehari dalam setahun terakhir?

Adan bisa kasih komen di “Leave a Reply” di bawah ini.

2 thoughts on “Apapun profesinya, setiap orang punya jam kerja

Add yours

  1. Setiap harinya tidak merata , terkadang ada 2 jam hingga 8 jam . There so many different right now , exactly on my eyes , everyday everytime we have to sit down in front of radiation , i just tired. But, well i hafta through this into all of this (covid) ends.

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑