Duluan mana, minyak habis atau udara habis? (Run out of oil or atmosphere, what is first?)

Ilmuwan peraih hadiah Nobel yang pertama kali menemukan bahaya penipisan lapisan ozon beberapa tahun lalu, baru-baru ini berbicara mengenai climate change. Dia mengatakan, “jika pemansan Bumi mencapai 2,5 derajat Cessius di atas suhu seharusnya, bencana yang ditimbulkan hampir tak dapat dihindari.” Perlu disadari bahwa kini kenaikan suhu Bumi hampir mencapai 1 derajat Celsius dan terus bertambah.

“Tidak ada keraguan bahwa pemanasan global adalah akibat dari kegiatan manusia,” lanjut Mario Molina, warga negara Mexico yang mendapatkan Nobel di bidang Kimia pada 1995 atas jasanya mengungkapkan bahaya gas chlorofluorocarbon (CFC) terhadap lapisan Ozon Bumi. Menurut Columbia Encyclopedia edisi 6, CFC adalah gas yang digunakan dalam proses pendinginan di lemari es, AC, dll, biasanya dijual dengan merek dagang Freon, CFC-11, dan CFC-12.

Foto: Reuters

“Jauh sebelum kita kehabisan minyak bumi, kita akan kehabisan atmosfer,” kata akademisi Massachusetts Institute of Technology (MIT) ini.

Molina mengatakan bahwa kondisi Bumi kini ada “di ujung tanduk,” berada di bawah ancaman lingkungan yang tidak dapat dikendalikan.

“Perubahan suhu Bumi yang anda lakukan memang secara perlahan-lahan, tapi kemudian anda terkejut bahwa bencana yang ditimbulkannya terjadi secara tiba-tiba dan dramatis, ” katanya.

“Ide menjaga suhu tidak mencapai 2,5 (derajat Celsius) adalah semata-mata untuk mengurangi kemungkinan keadaan “di ujung tanduk” itu menimpa kita,” dia menambahkan.

Dari article by Tom Brown, Reuters, Apr 5, 2008

Komentar tambahan dari saya:

Menurut data International Energy Agency (IEA), tahun 2005, sektor kelistrikan adalah penyumbang terbesar emisi karbon dunia (41%), disusul transportasi (23%), industri (19%), rumah tangga (7%), dan lain-lain (10%).

Artinya kita, selaku penduduk Bumi, mesti mulai berpikir dan bertindak, minimal mengurangi pemakaian listrik dan BBM untuk kendaraan bermotor.

Mari ikut menyumbang peran untuk kesehatan Bumi.

Untuk memberi komentar atas informasi ini, silahkan klik di samping Comments di bawah.

4 thoughts on “Duluan mana, minyak habis atau udara habis? (Run out of oil or atmosphere, what is first?)

Add yours

  1. bagaimana kalau buat di jalan2 eskalator jadi tidak perlu adanya pemakaian kendaraan bermotor jadi semua orang baik yang kaya ataupun miskin sama bertransportasi naik eskalator seperti di film kartun2 jadi ruas jalan yang dipakai kendaraan bermoror dibuat eskalator bertenaga ramah lingkungan

    SAVE EARTH!

  2. Pak Siswanto

    Memang benar bahwa sebagian ilmuwan mengklaim bahwa mereka bisa mengubah air menjadi bahan bakar, tapi sayang belum ada yang komersial.

    Isu BBM dari air sempat merebak menjeleng sidang UNFCCC di Bali beberapa bulan lalu. Bahkan Presiden SBY tertarik sehingga sempat juga dipamerkan saat sidang PBB tersebut.

    Bukan hanya itu. Satu tim riset di sebuah universitas swasta Jogja juga mengklaim mereka bisa mengubah air menjadi bahan bakar kendaraan. Tapi entah mengapa kemudian keduanya seperti lenyap ditelan bumi. Berulangkali para ilmuwan ini diundang berbagai pihak untuk presentasi dan sosialisasi penemuan mereka. Sayang, mereka kini amat sulit ditemukan, apalagi dihubungi.

    Padahal kita rindu mendengar mereka memaparkan gebrakan ini.

    Kun

  3. bumi semakin rusak,minyak semakin habis,air laut yang masih melimpah ruah .berangkat dari penemuan sdr Suprapto dari Nganjuk tentang BBM yang diolah dari air dengan hasil yang cukup fantastis dan sangat ramah lingkungan,mengapa tidak ditindak lanjuti?

Leave a comment

Create a website or blog at WordPress.com

Up ↑